BERSAMA IFA, MIMPI MENJADI NYATA

Sabtu, 26 April 2014

Akhirnya ...Pria yang Penisnya Disambung Ini Berhasil Punya Anak


Mike Moore dengan bayinya.

Seorang pria asal Mississippi, Amerika Serikat, menjadi orang pertama di dunia yang berhasil menjadi ayah meski ia pernah menjalani operasi rekonstruksi penis.

Mike Moore (30), pria tersebut pernah menjalani amputasi penis saat ia berusia 7 tahun. Semuanya bermula dari infeksi yang ia derita saat kecil sehingga ia tidak bisa berkemih dengan baik.

Dokter akhirnya melakukan tindakan sunat, tetapi hasilnya memburuk sehingga infeksinya justru menyebar. Dokter lalu memutuskan untuk melakukan amputasi penis demi menyelamatkan nyawanya. Selama bertahun-tahun Moore pun hidup cacat.

Dengan kondisinya tersebut Moore mengalami depresi berat, sampai ketika 7 tahun lalu ia berkonsultasi dengan Dr.Gordon Lee yang memiliki spesialisasi dalam bedah plastik rekonstruksi di Stanford Medical Center.

Sebelumnya Moore merasa tidak yakin karena ia pernah menjalani operasi rekonstruksi di rumah sakit lain tapi tidak berhasil. Namun setelah berkonsultasi dengan Lee, ia memutuskan untuk melakukan operasi ini lagi.

Dokter akhirnya berhasil melakukan operasi rekonstruksi (membentuk ulang) penis Moore menggunakan jaringan yang diambil dari pahanya.

"Setahu saya ia adalah orang pertama yang melakukan total rekonstruksi penis dan berhasil punya anak," kata Lee.

Lee mengatakan, Stanford adalah rumah sakit yang paling maju dalam bidang operasi rekonstruksi. Di rumah sakit ini dilakukan sekitar 500 operasi, 200 diantaranya adalah operasi mikro yang sangat rumit setiap tahunnya.

Operasi rekonstruksi sangat bermacam-macam, mulai dari merekonstruksi esofagus sehingga pasien bisa makan lagi, memisahkan bayi kembar siam, hingga menyelamatkan bagian tubuh agar tidak jadi diamputasi.

"Apa yang kami lakukan di bidang operasi plastik memang bukan menyelamatkan nyawa, tetapi kami memberi kehidupan pada pasien," kata Lee.

Moore yang kini memiliki anak laki-laki berusia 6 bulan mengaku sangat emosional ketika bayinya lahir. "Saya tidak bisa berkata-kata saat pertama kali memeluknya," ujarnya dengan berurai air mata.

Moore berharap kisah hidupnya bisa memberi harapan bagi orang lain yang saat ini sedang putus asa karena tidak yakin hidupnya akan "normal" lagi.


Selasa, 22 April 2014

Pria Sejati Bertanggung Jawab “Mengantarkan” Wanita Mencapai Klimaks



Ilustrasi

Kaum wanita mungkin sudah paham dan mengerti bagaimana membuat suami mereka bergairah, tetapi bagaimana dengan para suami? Benarkah bahwa urusan orgasme wanita merupakan tanggung jawab pria? Berikut uraiannya!

Menurut penelitian di Western University, Ontario, pria akan merasa kecewa dan terluka ketika tahu pasangannya harus memalsukan orgasme demi kebahagiaan bersama. Sebab, pada dasarnya, seorang pria sejati secara alamiah memiliki tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan wanita, baik secara lahir maupun batin. Salah satunya adalah kenikmatan seksual!

Melihat wanita menikmati sesi panas saat bercinta memberikan kebahagiaan tersendiri untuk pria. Apalagi jika menyaksikan ekspresi dan mendengarkan lenguhan seksi wanita saat mencapai tahap klimaks. Bagi pria hal yang demikian merupakan pengalaman yang tidak terbayarkan.

Untuk membuktikan hal tersebut, sejumlah peneliti mempelajari perilaku seks 45 responden yang terdiri dari pria dan wanita. Mereka diharuskan menjawab serangkaian pertanyaan aktivitas seks dan orgasme. Salah satu fakta yang berhasil ditemukan adalah seluruh responden sepakat bahwa orgasme merupakan kunci bagi pria dalam menikmati seks. Dibandingkan dengan wanita, kaum pria menganggap orgasme sebagai fase paling penting dan wajib terpenuhi.

"Pria merasa memiliki tanggung jawab untuk membuat wanita merasakan orgasme saat bercinta. Ketika wanita gagal mencapai orgasme, kekecewaan yang dirasakan pria jauh lebih besar dibandingkan wanita. Sebab, hal tersebut akan membuat pria mempertanyakan kepiawaian seksualnya," jelas Claire Salisbury, MSc., salah satu peneliti dan penulis hasil studi, seperti dikutip dari Prevention.

Studi yang menyasar perilaku seksual pasangan suami istri (pasutri) berusia muda ini, juga menguak fakta bahwa telah terjadi pergeseran pandangan mengenai orgasme. Pasutri zaman sekarang, terutama wanita, tidak memandang orgasme sebagai tujuan bercinta. Namun, pihak suami masih memandang perlu dan wajib mencapai klimaks bersama-sama.

Senin, 21 April 2014

Ini Pendapat Jokowi tentang Sosok Jusuf Kalla

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo saat peresmian food court di Blok G Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, Senin (14/4/2014).

Bakal calon presiden yang diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), Joko Widodo, memiliki penilaian sendiri terhadap mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK).

Sekadar informasi, JK merupakan tokoh yang kerap disebut-sebut sebagai salah satu bakal calon wakil presiden yang akan mendampingi Jokowi pada Pilpres 2014.

"Beliau (JK) sangat baik, bisa menguasai sosial dan ekonomi," kata Jokowi, di Taman Suropati 7, Jakarta, Minggu (20/4/2014).

Jokowi pun tak menampik, semasa JK menjabat sebagai Wakil Presiden mendampingi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, tak sedikit kebijakan populis yang telah diputuskan. Misalnya, kebijakan pengadaan tabung gas elpiji 3 kilogram serta memfasilitasi pertemuan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan Pemerintah Indonesia.

Melihat kontribusi JK itu, Jokowi tidak khawatir—apabila nantinya ia dipasangkan dengan JK—tugasnya akan menjadi tumpang tindih. Menurut dia, dalam memimpin sebuah pemerintahan, harus ada kerja sama dan komunikasi yang baik antara pemimpin dan wakilnya.

"Bumi itu mataharinya satu. Yang penting pembagian tugasnya jelas dan tidak punya kepentingan. Jadi, semuanya gampang dan tidak ada masalah," kata Jokowi.

Meski demikian, Jokowi belum mau terbuka atas siapa tokoh yang berpotensi menjadi bakal cawapresnya. Pria asal Surakarta itu menyatakan akan menyebutkan nama-nama cawapres nanti secara bertahap, mulai dari lima calon, tiga calon, hingga keputusan final bakal cawapres yang akan mendampinginya.

Dalam memutuskan nama bakal calon wakil presiden, Jokowi tidak bekerja sendiri. Selain bersama tim dan kader PDI-P, pihaknya juga berkoordinasi dengan Partai Nasdem dalam mengomunikasikan bakal cawapres.

Diketahui, Partai Nasdem adalah partai yang sudah lebih dahulu merapat ke PDI-P dan mendukung pencapresan Jokowi. "Kita terbuka untuk bekerja sama dengan siapa pun. Tapi, yang pasti belum (diputuskan) cawapresnya," kata Jokowi.

Lebih lanjut, Jokowi menyatakan bahwa ia tidak memilih-milih latar belakang bakal cawapresnya. Dia siap menerima siapa pun bakal cawapresnya, baik dari kalangan ekonom, militer, profesional, maupun lainnya.

Selain JK, nama-nama figur lain yang mengemuka saat ini adalah mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK), Mahfud MD; Menteri BUMN Dahlan Iskan; Ketua KPK Abraham Samad; Menko Perekonomian Hatta Rajasa; mantan KSAD TNI, Jenderal (Purn) Ryamizard Ryacudu; Panglima TNI Jenderal Moeldoko; dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama.

Sumber: kompas.com

Masih Ada Celah Kelemahan Jokowi-JK

Stiker yang bergambar bakal calon presiden Joko Widodo dan mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla beredar di Taman Suropati, Minggu (20/4/2014) pagi. Warga terkejut dengan persebaran stiker tersebut.

Figur yang akan menjadi bakal calon wakil presiden untuk bakal calon presiden dari PDI Perjuangan, Joko Widodo (Jokowi), masih menjadi misteri. Meski dianggap ideal jika berduet dengan mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla, pasangan itu dianggap masih memiliki celah kelemahan.

Pengamat politik dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Ari Dwipayana, mengatakan, jika memutuskan mengambil Jusuf Kalla sebagai bakal cawapres, citra Jokowi sebagai pemimpin muda akan luntur.

Pemilih pemula yang awalnya cenderung menyukai Jokowi akan berpikir ulang karena memilih bakal cawapres dari tokoh senior.

"Akhirnya timbul penilaian calon pemimpin yang 'lu lagi, lu lagi'. Penampilan sebagai pemimpin muda jadi hilang karena JK adalah tokoh senior," kata Ari, saat dihubungi, Minggu (20/4/2014) malam.

Selain itu, kata Ari, dominasi Jokowi saat menjadi presiden juga dikhawatirkan akan berkurang karena posisi JK yang lebih senior dan sudah berpengalaman. Hal-hal seperti ini akan membuat posisi pemerintahan kelak rentan digoyang dan membuat kinerja jadi tak efektif.

"Itu kelemahan lainnya. Pak JK lebih senior, jadi bisa saja mengurangi dominasi Jokowi," ujarnya.

Secara terpisah, peneliti senior Centre For Strategic and International Studies (CSIS), J Kristiadi, juga pernah mengatakan hal yang sama. Ia menyampaikan bahwa Jokowi lebih ideal jika didampingi calon wakil presiden dari kalangan muda.

Sosok bakal cawapres yang lebih senior, menurutnya, justru akan menghambat kinerja Jokowi jika terpilih menjadi presiden. 

Kristiadi mengungkapkan, berdasarkan pengamatannya, Jokowi merupakan sosok yang sangat menghargai orang yang lebih tua. Hal itu, kata Kristiadi, justru menimbulkan kekhawatiran bahwa Jokowi tak leluasa jika memiliki wakil dengan usia atau ketokohan yang lebih senior.

"Kalau dikasih cawapres yang lebih senior, takutnya Jokowi enggak bisa mengendalikan. Belum lagi banyaknya kepentingan yang bisa masuk ke situ," kata Kristiadi.

Dukungan agar Jokowi memilih JK sebagai cawapresnya muncul dari relawan yang menamakan diri "Jokojek" pada Minggu. Jokojek menilai, duet Jokowi-Kalla sangat tepat untuk meraih kemenangan karena sama-sama populer dan memiliki elektabilitas tinggi. Selain itu, pengalaman yang dimiliki Kalla juga dianggap bakal memudahkan Jokowi saat diberi kesempatan menjadi presiden RI selanjutnya.

Namun dari semua itu, PDI-P belum memutuskan siapa figur yang akan mendampingi Jokowi. Keputusan akan diambil ketika waktu dirasa tepat dan melibatkan diskusi internal serta partai yang berkoalisi dengan PDI-P.

Sumber: kompas.com

Kisah Pilu di Balik Bokong Indah Perempuan Venezuela

Ilustrasi

Di Venezuela, keinginan untuk memiliki bokong yang besar membuat sebagian perempuan menjalani operasi suntik yang ilegal dengan risiko kesehatan yang tinggi.


Dengan mata yang berkaca-kaca, Denny, perempuan berusia 35 tahun dari Venezuela, mengingat bagaimana perasaannya ketika bangun pada pagi hari dan menemukan bahwa ada benjolan di punggung bagian bawah.

Saat itu, dia tidak bisa duduk atau berjongkok, dan sakitnya terasa amat sangat. Bahkan sebelum dia menemui dokter, Denny, yang bekerja sebagai pengacara, tahu bahwa benjolan itu adalah efek samping silikon cair yang disuntikkan pada bokongnya. Silikon cair itu pindah ke punggungnya dan menekan tulang.

"Itu sangat mengejutkan, saya tidak bisa berjalan. Begitulah bagaimana penderitaan saya dimulai," katanya.

Suntik bokong merupakan satu dari sekian banyak prosedur kosmetik yang dijalani perempuan Venezuela untuk mencapai penampilan yang dianggap cantik.

Praktik ini dilarang oleh pemerintah pada 2012, enam tahun setelah Denny melakukannya. Namun, dalam kenyataannya, sekitar 30 persen perempuan berusia 18-50 masih menjalani suntik ini, demikian menurut Asosiasi Operasi Plastik Venezuela.

Suntik bokong ini menggunakan silikon biopolimer yang lebih murah dari implan. Namun, cairan ini disuntikkan secara bebas ke dalam tubuh sehingga membuatnya lebih berbahaya daripada implan.

Daniel Slobodianik, dokter bedah operasi plastik, mengatakan bahwa pasien bisa menderita reaksi alergi dan kelelahan kronis.

Jika cairan berpindah ke area lain dari tubuh, seperti kasus Danny, silikon dapat menyebabkan nyeri sendi yang amat sangat.

Menurut Carolina Vazquez Hernandez, konselor isu-isu perempuan, tekanan sosial sangat besar di sini, bahkan lebih daripada di negara lain.

"Kami perempuan Venezuela tidak memiliki identitas yang jelas dari akar kita. Karena kurangnya identitas, harga diri kita sangat lemah," kata dia.

"Kita bisa tunduk terhadap apa saja asal akan meningkatkan harga diri kita," kata Vazquez Hernandez.



Sumber: BBC Indonesia