BERSAMA IFA, MIMPI MENJADI NYATA

Jumat, 04 April 2014

Ahok: Panggil Saya 'Pak Gubernur' Berarti Dukung Jokowi Presiden

Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menjawab pertanyaan awak media menanggapi soal pemberian mandat kepada Gubenur DKI Jakarta, Joko Widodo (Jokowi) sebagai capres dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), di kantornya, Balai Kota DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Jumat (14/3/2014). Warta Kota/Henry Lopulalan

Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengatakan saat ini sudah mulai banyak pihak-pihak yang memanggilnya dengan panggilan Pak Gubernur.

Ia menilai, panggilan tersebut sebenarnya sangat bermuatan politis karena sama saja mendukung Gubernur DKI Joko Widodo yang diusung menjadi calon presiden dari PDI Perjuangan.

"Kalau Anda manggil saya Pak Gubernur, artinya Anda kan dukung Pak Jokowi jadi presiden," kata dia di Balaikota Jakarta, Jumat (4/4/2014).

Meski demikian, kata dia, memanggilnya dengan sebutan Pak Wagub juga bermuatan politis. Karena dengan memanggilnya dengan sebuatan tersebut, ujarnya, sama saja dengan mendukung Ketua Dewan Pembina yang juga Calon Presiden dari partai Gerindra, Prabowo Subianto.

"Kalau manggil saya Pak Wagub, artinya dukung Pak Prabowo. Ya sudah, panggil saya Pak Ahok sajalah. Hahahaha...," ujar pria asal Belitung Timur itu.

Jokowi dan Prabowo memang sama-sama telah mendeklarasikan diri sebagai capres dari partai masing-masing. Para pengamat politik menilai, peta persaingan pada pemilihan presiden, Juni mendatang akan mengerucut pada dua nama tersebut.

Sumber: kompas.com

Mengapa Ibu Mertua dan Menantu Perempuan Jarang Akur?


Ilustrasi

Hubungan buruk antara ibu mertua dan menantu wanitanya acap kali menjadi perdebatan yang menarik untuk dibahas. Sebab, tidak banyak perempuan yang memiliki hubungan yang hangat dengan ibu mertua mereka.

Ieda Purnomo Sigit Sidhi, SPsi mengungkapkan, ketidakharmonisan tersebut timbul karena di antara kedua perempuan di antara satu pria menciptakan persaingan. Mereka saling mengukur siapa yang lebih disayangi, dicintai, atau diperhatikan oleh pria yang menjadi suami (si istri) atau anak (si mertua).

Ieda menambahkan, secara garis besar, hal itu disebabkan oleh tiga hal: cinta, perhatian, dan finansial. Pokoknya, segala hal yang dibutuhkan dalam hidup. 

"Yang perlu diingat, kondisi di Indonesia berbeda dengan di India. Di India, posisi menantu perempuan kalah oleh ibu mertuanya. Soalnya di sana tidak ada sistem kasta dan uang mahar. Sementara budaya itu tidak ada di sini," tuturnya.

Karena itu, Ieda menyarankan, untuk menghindari hal tersebut, sebaiknya aturan main sudah ditetapkan serba jelas sedari awal. Sebelum menikah, calon pasangan harus tahu secara jelas dan bisa mengenal masing-masing keluarga sedalam-dalamnya. Memang, hal ini tidak bisa menjamin 100 persen takkan muncul konflik. Namun, setidaknya bisa meredakan perbedaan yang ada.

Kamis, 03 April 2014

Penggunaan Keliru, Sabun Antibakteri Justru Berdampak Negatif


Ilustrasi

Sabun antibakteri kini sudah menjadi produk yang tersedia hampir di setiap rumah. Sayangnya, penggunaan sabun antibakteri di rumah ternyata tak efektif membunuh kuman dan justru berdampak negatif. Salah satu penyebabnya adalah penggunaan produk antibakteri secara keliru.

Dalam dua dekade terakhir, jumlah produk yang mengandung zat antimikroba triklosan dan trikloarban meningkat cepat. Saat ini jumlahnya diperkirakan mencapai 2.000 jenis produk. Produk antibakteri tersebut meliputi sabun, detergen, pasta gigi, pakaian, bahkan dot bayi.

Sebagai akibatnya, banyak orang kini semakin sering terpapar zat kimia ini. Menurut Rolf Halden, direktur Center for Environmental Security di Arizona State University, tiga perempat orang Amerika terdeteksi memiliki kadar triklosan di urin mereka.

Produk antibakteri sebenarnya efektif membunuh mikoorganisme di rumah sakit dan tempat layanan kesehatan lain. Pasta gigi yang mengandung triklosan juga diketahui membantu orang yang menderita penyakit gusi gingivitis.

Namun menurut Halden, sebagian besar produk antibakteri yang digunakan di rumah tidak lebih bermanfaat dibandingkan dengan sabun biasa.

Berkurangnya manfaat sabun antibakteri dalam membunuh kuman ini antara lain karena penggunaan yang keliru. Agar efektif membunuh kuman, seseorang harus mencuci tangan mereka dengan produk antibakteri sekitar 30 detik. Tapi penelitian menunjukkan, rata-rata orang mencuci tangan hanya selama 6 detik.

Selain itu, penelitian menunjukkan mikroba ternyata mudah beradaptasi dengan zat kimia ini sehingga memicu resistensi antibiotik yang sedianya merupakan obat untuk mengatasi infeksi. Beberapa studi pada hewan juga menunjukkan zat kimia ini memengaruhi hormon dalam tubuh.

Untuk mencegah cara penggunaan yang keliru dan dampak negatif yang ditimbulkannya, badan pengawas obat dan makanan AS (FDA) mempertimbangkan untuk melarang zat kimia antibakteri dari produk pembersih tubuh sehari-hari kecuali pihak produsen bisa membuktikan zat kimia ini aman dan efektif. Bahan kimia triklosan juga nantinya hanya bisa dibeli dengan resep.


Bagaimana jika Jokowi Berpasangan dengan Gita Wirjawan?


Joko Widodo (kiri) dan Gita Wirjawan (kanan)

Survei "Mencari Cawapres Ideal 2014" yang dilakukan lembaga survei Indostrategi menempatkan mantan Menteri Perdagangan Gita Wirjawan sebagai figur calon wakil presiden muda yang potensial. Ia mendapatkan skor 38 dari 40.

Di golongan usianya, Gita dibayangi oleh Ketua Umum Partai Bulan Bintang Yusril Ihza Mahendra dengan skor 35, mantan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Khofifah Indar Parawansa (34), serta Wakil Ketua MPR RI Hajriyanto Thohari dan calon wakil presiden Partai Hati Nurani Rakyat Hary Tanoesoedibjo masing-masing dengan skor 33. Sementara itu, Ketua Majelis Ulama Indonesia Din Syamsuddin mendapat skor 32, mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD meraih skor 31, peserta Konvensi Calon Presiden Partai Demokrat Pramono Edhie Wibowo (30) dan Anies Baswedan (29), Panglima TNI Jenderal Moeldoko (28), serta Ketua Umum Partai Keadilan Sejahtera Anis Matta (27).

Gita dinilai memiliki pengalaman tingkat nasional dan internasional, terutama di bidang ekonomi dan perdagangan.

Direktur lembaga survei IndoStrategi Andar Nubowo mengatakan, dengan kriteria ini, Gita dianggap layak mendampingi bakal capres dari PDI-P, Joko Widodo, yang saat ini menjadi "jawara" dalam sejumlah survei sebagai kandidat capres dengan elektabilitas tertinggi. Bagaimana jika Jokowi berpasangan dengan Gita?

"Kehadiran Gita dapat mem-back up sisi profesionalitas Jokowi, yang lebih banyak berperan sebagai solidarity maker," ujar Andar di Jakarta, Rabu (2/4/2014).

Pada kesempatan yang sama, pengamat politik Burhanuddin Muhtadi memiliki pandangan berbeda. Ia mengatakan, Jokowi tak cocok dengan Gita. Menurut dia, Gita dibesarkan dalam pengalaman internasional saat masih menjabat menteri. Namun, keterbukaannya pada dunia luar dinilai Burhan berbanding terbalik dengan karakteristik Jokowi yang terkesan lebih tertutup.

"Secara personal juga saya belum pernah dengar nama Gita ditempatkan dalam kandidat potensial yang diusung Jokowi," ujar Burhan.

Apalagi, kata Burhan, Gita tidak memiliki akses politik yang cukup untuk mendongkrak dukungan kepadanya. Meski PDI-P diprediksi mampu raih suara 25 persen, tetap butuh dukungan politik, terutama di parlemen.

"Lalu siapa yang bisa dibawa Gita? Apakah dia bisa menjembatani hubungan antara, misalnya, Demokrat dengan PDI-P? Kan enggak juga, karena dia enggak masuk parpol," kata Burhan.

Survei Indostrategi ini menggunakan metode riset kualitatif dengan melakukan skoring terhadap tokoh dengan indikator tertentu dengan skala 1-4. Sumber data berasal dari biografi tokoh-tokoh potensial yang muncul di publik, kelompok diskusi yang melibatkan 25 pakar dari berbagai bidang, wawancara mendalam dengan pakar, dan meta analisis media. Survei ini dilakukan mulai tanggal 15 Februari hingga 25 Maret 2014.

Sumber: kompas.com

Senin, 31 Maret 2014

"Head to Head", Jokowi Ungguli Prabowo

TRIBUNNEWS/BIAN HARNANSA/HERUDIN
Bakal calon presiden dari PDI Perjuangan Joko Widodo (Jokowi) mengungguli bakal capres dari Partai Gerindra Prabowo Subianto. Hal itu terungkap dari hasil survei yang dilakukan Center for Strategic and International Studies (CSIS) pada Maret 2014.


"Jika head to head antara Jokowi dan Prabowo, posisi Jokowi unggul dengan dukungan 54,3 persen dan Prabowo hanya 28,3 persen. Sementara 17,4 persen belum menentukan pilihannya," kata peneliti dari Departemen Politik dan Hubungan Internasional CSIS, Tobias Basuki, di Jakarta, Senin (31/3/2014).

Tobias melanjutkan, hasil survei itu sejalan dengan survei mengenai calon presiden yang akan dipilih responden jika pemilihan dilakukan pada saat ini. Hasilnya, nama Jokowi berada di posisi puncak dengan dukungan sebesar 31,8 persen, disusul Prabowo Subianto (14,3 persen), dan Wiranto (10,3 persen).

Nama tokoh lainnya seperti Aburizal Bakrie, Megawati Soekarnoputri dan Jusuf Kalla hanya mendapat dukungan di bawah 10 persen. Lainnya, nama Jokowi tetap berada di atas dengan 45,7 persen saat ditandingkan dengan dua bakal capres dari Golkar dan Gerindra. Dalam skenario ini, Aburizal Bakrie hanya mendapat dukungan sebesar 14 persen dan Prabowo Subianti sbeesar 23,6 persen.

Seperti diberitakan, survei CSIS ini melibatkan 1.200 responden yang dilakukan di 33 provinsi sejak 7-17 Maret 2014. Margin of error survei ini sekitar 2,83 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen. Pemilihan responden dilakukan secara acak dengan proporsi jenis kelamin fifty-fifty.

Dalam perhitungan untuk tingkat nasional, masing-masing provinsi dialokasikan responden sesuai proporsi populasi dari data Badan Pusat Statistik. Mengenai sumber dana, CSIS mengakui bahwa survei ini dilakukan dengan sokongan dana dari eksternal non partai politik ditambah anggaran penelitian dari internal. Tetapi mengenai besarannya tidak disebutkan.

Sumber: kompas.com