BERSAMA IFA, MIMPI MENJADI NYATA

Jumat, 03 Januari 2014

5 Alasan Gagalnya Diet di Tengah Jalan

Mendapatkan tubuh langsing tanpa diet itu mudah kok.

Tahun baru merupakan saat-saat orang begitu bersemangat memulai program diet yang baru sebagai bagian dari resolusi. Sayangnya, kebanyakan rencana tersebut tidak bertahan lama, dan mungkin berakhir sebelum Februari.


Menurut Cynthia Sass, ahli gizi dan pakar kesehatan masyarakat dari New York, Amerika Serikat, kegagalan diet dalam waktu singkat mungkin saja terjadi. Bahkan, niat untuk menjadi lebih langsing justru akan berubah menjadi hal yang sebaliknya. Oleh karena itu, kenalilah lima alasan gagalnya diet berikut agar program diet yang sudah Anda rancang tidak akan berakhir dengan kegagalan.

1. Bingung memilih yang terbaik

Banyaknya metode diet yang ada di masyarakat kini kerap membuat orang bingung untuk memilih mana yang terbaik untuknya. Misalnya diet populer seperti Obsessive Corbuzier Diet (OCD), diet alkalin, diet detox, diet bebas gluten, atau menjadi vegan, mana yang akan Anda pilih?

Sass mengatakan, sebelum memulai diet pastikan Anda mengetahui dulu seluk-beluk tentang diet sehingga tidak ada kebingungan saat melakukannya.

"Pastikan Anda memilih diet yang nyaman bagi Anda sehingga kemungkinannya untuk bertahan lama besar," saran Sass.

2. Tidak menurunkan berat badan dengan cepat

Hasil dari diet yang cepat terlihat merupakan kunci seseorang tetap termotivasi menjalani dietnya. Namun, ketika berat badan tidak turun selama seminggu ketika melakukan sebuah program diet, jangan berpikir bahwa diet tidak efektif.

Menurunkan 450 gram lemak tubuh sudah dapat menyusutkan tubuh. Maka seharusnya Anda dapat melihat perbedaan besar pada pakaian yang Anda pakai.

Diet yang menjanjikan hasil yang cepat kemungkinan hanya mengurangi kadar air pada tubuh. Padahal, meskipun lebih cepat dan mudah, mengurangi kadar air tidak sama sekali mengubah komposisi tubuh.

3. Kembung

Salah satu efek dari memiliki pola makan yang lebih sehat mungkin adalah kembung. Pasalnya peningkatan konsumsi buah, sayuran, biji-bijian utuh, dan kacang-kacangan akan meningkatkan asupan serat. Lantaran serat lebih sulit untuk dicerna, dibutuhkan waktu yang lebih lama sebelum nutrisi dapat masuk ke dalam aliran darah.

Kendati demikian, biasanya kondisi ini hanya berlangsung selama beberapa hari. Untuk mengatasinya, Anda hanya perlu minum banyak air dan tetap aktif. "Ingat, perut kembung tidak akan mengubah komposisi tubuh apa pun. Ini hanya reaksi tubuh sementara untuk beradaptasi," ujar Sass.

4. Kurangnya dukungan

Saat memulai pola makan yang lebih sehat, lingkungan adalah faktor penting penentu keberhasilannya. Ketika orang-orang terdekat masih dalam gaya hidup yang lama seperti terbiasa memakan camilan berlemak atau melewatkan olahraga, mungkin akan lebih sulit bagi Anda mempertahankan pola makan yang sudah Anda program. Solusinya, Anda dapat memperluas pertemanan dengan orang-orang yang juga memiliki gaya hidup sehat sehingga Anda pun dapat saling memotivasi.

5. Menyerah di hari-hari yang sulit

Saat sedang lelah, pekerjaan menumpuk, masih harus berolahraga, dan memasak dengan sehat, besar kemungkinan Anda untuk menyerah. Namun sebenarnya, Anda bisa melakukan "cheating day" untuk menghadapi kejenuhan tersebut. Di hari itu, Anda bebas bolos olahraga atau makan semaunya. Namun ingat, setelahnya Anda perlu kembali disiplin mengikuti program diet yang sudah dibuat.

Sumber: kompas.com

Senin, 30 Desember 2013

Bagaimana Bedakan Mulas Asli dan Palsu Jelang Persalinan ?


ilustrasi

Waktu kelahiran janin yang sudah dekat kerap ditandai rasa mulas akibat kontraksi otot rahim mempersiapkan kelahiran bayi. Pada beberapa kasus, ibu kerap tidak dapat membedakan mulas akibat kontraksi atau bukan. Sehingga, muncul istilah kontraksi asli dan palsu.

Hal ini pulalah yang diduga menjadi sebab kelahiran bayi seorang SPG di toilet pusat perbelanjaan di Jakarta.

"Dilihat dari runtutan kelahirannya mungkin sang ibu tidak bisa membedakan mulas akibat kontaksi dan bukan. Padahal keduanya jelas berbeda, paling mudah dilihat dari kekerapannya," kata spesialis kebidanan dan kandungan Nurdadi Saleh, kepada KOMPAS Health Senin (30/12/2013).

Mulas akibat kontraksi muncul pada usia kehamilan 37-40 minggu, sesuai tahap tumbuh kembang dan kesiapan janin dilahirkan. Rasa mulas ini awalnya muncul dua kali dalam 10 menit yang belum diiringi pembukaan. Frekuensi makin sering hingga menjadi 3-4 kali dalam 10 menit, hingga terjadi pembukaan. Durasi mulas juga semakin lama, dari awalanya 30-60 detik menjadi 60-90 detik.

Perasaan mulas biasanya terdapat di atas perut hingga merambat ke pinggang atau sebaliknya. Rasa mulas yang hilang timbul ini kemudian menyebar di seluruh area perut. Mulas akibat kontraksi biasanya diikuti keluarnya lender bercampur darah, yang menandai kesiapan bayi dilahirkan dan persalinan dilakukan.

Rasa mulas akibat kontraksi sangat kuat dan kencang hingga terasa lebih berat dibanding mulas biasa. "Rasa mulas ini begitu kuat hingga kadang ibu tidak bisa berjalan atau berbicara," kata Susan Warhus, MD, seorang ahli kandungan dan penulis Countdown to Baby.

Hal ini jelas berbeda pada mulas yang bukan akibat kontraksi. Mulas biasa timbul dengan frekuensi dan durasi yang berbeda-beda, biasanya selama 20 detik hingga dua menit. Rasa mulas juga cenderung stabil dan tidak bertambah kuat. Rasa mulas ini biasanya terkonsentrasi di perut bagian bawah atau lipatan paha, namun tidak menyebar ke perut bagian atas seperti mulas akibat kontraksi. Mulas ini biasanya berkurang dengan berjalan kaki.   

Selain mulas, biasanya ibu yang siap bersalin biasanya mengalami pecah air ketuban. Air ketuban memiliki warna yang khas yang menandakan membran pelapis janin pecah.

Namun di masa-masa kehamilan tua, ibu hamil juga sering dibuat bingung karena mereka cenderung selalu ingin buang air kecil atau inkontenensia urine. Ini dikarenakan kepala bayi yang menekan kandung kemih sehingga menimbulkan rasa ingin buang air kecil. Tak heran, kondisi ini menimbulkan pertanyaan, apakah air yang keluar adalah air ketuban atau urine.

Bila kondisi ini terjadi, ibu  hamil disarankan segera berkonsultasi dengan tenaga kesehatan dan memberi tahu warna cairan yang dikeluarkan.

Sumber: kompas.com